CARA TIDUR ALA RASULULLOH
Rasululoh
adalah manusia yang sempurna, tak ada kurang sedikitpun. Setiap perkara yang
bersumber darinya itu merupakan wahyu dari Allah SWT. Maka barang siapa yang
memperhatikan tidur dan terjaganya rasul maka akan mendapatkan contoh tidur
yang seimbang, bermanfaat bagi badan dan kekuatannya. Beliau tidur dipermulaan
malam, dan bangun ditengah malam, bangun kemudian bersiwak, wudhu lalu
menghadap Rabb 'Azza Wa Jalla. Dengan cara ini beliau telah mengambil bagian
kehidupan yang seimbang, baik bagi tubuhnya, ruhiyahnya atau dikatakan juga bagian
dunia serta akhiratnya.
Yang perlu
diperhatikan bahwasanya Rasululloh tidak pernah tidur lebih dari kebutuhannya,
beliau selalu melaksanakan sesuatu dengan sempurna baik itu dalam tidurnya. Maka dari situlah
kita sebagai umatnya maka harus meniru semua tingkah laku Muhammad, karena
setiap apa yang muncul darinya itulah wahyu dari Allah, dan semuanya itu akan
bermanfaat baik bagi dunia ataupun akhirat.
TIDUR
DALAM KEADAAAN SUCI
Tidur
dalam keadaan suci yaitu tidur dalam keadaan berwudhu. Maksudnya, seorang
muslim hendaknya berwudhu terlebih dahulu apabila ia hendak berangkat tidur.
Demikianlah salah satu sadab tidur yang diajarka rasululloh .
وعن
البراء بن عازب قال: قال رسول الله إذا أتيت مضجعك فتوضأ وضوءك للصلاة ثم اضطجع
على شقك الأيمان (متفق عليه)
Dan dari Barra'
bin Azib, rasululloh bersabda kepadaku : "apabila engkau hendak
mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah sebagaimana engkau wudhu untuk
sholat. Kemudian tidurlah diatas tubuhmu sebelah kanan" (HR. Mutafaqun
'alaih).
"Apabila
engkau mendatangi tempat tidurmu" maksudnya yaitu apabila engkau akan
tidur. Jadi sebelum pergi ketempat tidur dan merebahkan badan, hendaknya
seorang muslim berwudhu terlebih dahulu. Sebab jika seseorang telah berada di atas
tempat tidur sementara dia belum berwudhu biasanya dia akan malas turun dari
tempat tidur dan pergi kebelakang untuk mengambil air wudhu. Selain itu tidur
adalah saudaranya mati, maka apabila kita diwafatkan Allah dalam keaaan tidur
sebelumnya maka kita akan mati dalam keadaan suci[1].
Tentang
keutamaan tidur dalam keadaaan berwudhu, rasululloh bersabda :
من
أوى إلى فراشه طاهر يذكر الله حتى يدركه النعاس لم ينقلب ساعة من الليل يسأل الله
شيئا من خير الدنيا والأخرة إلا أعطاه إياه ( الترمذى -3526)
"Barangsiapa
yang pergi ketempat tidurnya dalam keadaan suci seraya menyebut Allah yang maha
mulia dan agung hingga dikalahkan rasa kantuk, maka tidak terlewatkan sesaatpun
sepanjang malam jika dia meminta kebaikan dunia dan akhirat kepadaNya melainkan
pasti akan diberi". (HR. At tirmidzi no 3526 dan ibnu sunni).
TIDUR
DI ATAS BAHU SEBELAH KANAN.
Dan dari Barra'
bin Azib ia berkata :
وعن
البراء بن عازب قال كان رسول الله إذا أوى فراشه نام على شقه الأيمن
"Apabila
rasullulloh telah berada di tempat tidurnya, beliau tidur di atas bahu sebelah kanan".
(HR. Bukhori)
Kata الشق dalam hadits diatas arti sebenarnya adalah
pecahan, bagian atau sebelah. Namun dalam konteks tubuh setelah kanan di sini, maka
kata Asy Syiqq bisa juga diterjemahkan dengan bahu. Demikianlah kebiaasaan nabi,
beliau selalu tidur diatas bahunya sebelah kanan atau dengan menghadap kearah
kanan. Meskipun ini adalah sekedar kebiasaan, namun hal ini adalah sunnah. Dr.
musthofa Al Bugha mengatakan : termasuk bagian dari sunnah adalah hendaknya
seseorang tidur diatas bahu kanan[2].
Selain itu ilmu kedokteran juga membuktikan bahwa tidur menghadap ke kanan
dengan lambung kanan berada dibawah, lebih baik bagi kesehatan tubuh daripada
tidur diatas lambung kiri, demikian juga yang diungkapkan Ibnu Qoyyim dalam
kitabnya zaadul ma'ad juz 4.
Aisyah
berkata : "Nabi shalat malam sebelas rekaat. Apabila masuk waktu fajar
beliau shalat dua rekaat ringan. Kemudian beliau berbaring di atas bahu kanannya."
(HR. Mutafaqun 'alaih). Hadits ini juga menjelaskan bahwa nabi tidur dengan
posisi miring menghadap ke sebelah kanan, tidak hanya pada saat tidur malam.
Tetapi dalam tidur atau berbaring sejenak setelah shalat fajarpun, beliau juga
tidur dengan posisi demikian.
MELETAKKAKAN
TANGAN DIBAWAH PIPI
Masih
dalam kebiasaan nabi dalam tidur rasululloh, dimana beliau biasa meletakkan
tangan beliau dibawah pipinya ketika tidur. Hal ini mungkin -tanpa mengabaikan
bahwa ini adalah sunnah- dikarenakan beliau tidak memiliki bantal, sehingga
meletakkan tangannnya dibawah pipi sebagai penyangga. Dan sekiranya benar
anggapan orang yang mengatakan bahwa beliau melakukan hal ini dikarenakan tidak
mempunyai bantal, maka ini merupakan contoh keteladanan yang sangat agung dari
kehidupan pribadi beliau yang sederhana dan bersahaja. Anda dapat membayangkan,
bagaimana seorang yang demikian terhormat, seorang kepala negara, sekedar bantal
saja tidak punya!
وعن
حذيفة قال : كان النبي إذا أخذ مضجعه من الليل وضع يده تحت خده
Dan dari Hudzaifah
bin Al Yaman ia berkata : "apabila nabi hendak tidur beliau meletakkan
tangannya dibawah pipinya". (HR. Al Bukhari)
Yang
dimaksud dengan meletakkan tangan dibawah pipinya ialah meletakkan tangan
dibawah pipi kanan dan tidur dengan menghadap ke arah kanan serta meletakkan
tangan kanan di bawah pipi kanan adalah bentuk tidur rasululloh. Dengan posisi
inilah beliau biasa tidur. Suatu posisi tidur yang sangat santun.
Dalam
riwayat lain :
أن
رسول الله إذا أراد أن يرقد وضع يده اليمنى تحت خده
"Bahwasanya
rasululloh hendak tidur, beliau meletakkan tangan kanannnya dibawah pipinya".
( HR At Tirmidzi-3395, Abu daud -5095)
Tangan
kanan yang diletakkan dibawah pipi kanan adalah bagian telapak tangan kanan.
Jadi posisi tidur beliau yaitu meletakkan telapak tangan kanan dibawah pipi
kanan seraya menghadap setelah kanan. Dan sekiranya kita tidak bisa meniru
kebiasaan rasul ini terus menerus hingga bangun, setidaknya kita dapat meniru beliau
ketika hendak tidur. Adapun setelah tertidur, kemudian posisi kita berubah,
maka hal ini sudah diluar kemampuan kita.
MENIUP
KEDUA TANGAN DAN MEMBACA DOA LALU MENGUSAPKANNYA KE BADAN
وعن
عائشة أن رسول الله إذا أخذ مضجعه نفث في
يده وقرأ بالمعوذات ومسح بهما جسده
Dan dari
'Aisyah, ia berkata bahwasanya apabila Rasululloh hendak tidur, beliau
meniup kedua tangannya dan membaca al mu'awidzat, lalu beliau mengusap badannya
dengan kedua tangannya ( HR. Bukhori)
Meniup
kedua tangannya yaitu kedua telapak tangannya. Al mu'awidzaat ialah surat Al-Ikhlash, Al-Falaq
dan An-Nas. Al mu'awidzat artinya memohon perlindungan. Ketiga surat ini disebut demikian, karena karena surat Al-Falaq dan An-Nas
isinya adalah ayat-ayat memohon perlindungan kepada Allah dari sejumlah gangguan
yang ditimbulkan oleh jin dan manusia, termasuk kejahatan di waktu shubuh. Surat Al Ikhlash juga
bisa digandengkan dengan ini .
Masih dari
'aisyah berkata : "Setiap malam apabila nabi akan tidur beliau
mengumpulkan kedua telapak tangannya, kemudian meniupnya, lalu membaca di kedua
telapak tangannya al mu'awidzat. Setelah itu beliau mengusap badannya semampu
yang dapat diusap oleh kedua telapak tangannya. Beliau memulai dari kepala,
wajah dan bagian depan. Dan beliau melakukan hal ini sebanyak tiga kali."
(HR Muslim ). Syeikh Muhammad Amin
Luthfi berkata : melalui hadits ini Nabi mengajarkan kepada kita dengan
perbuatan dan perkataan, perbuatan ini mengandung makna meminta perlindungan
kepada Allah secara total dan memohon keselamatan kepadanya dari segala bahaya[3].
Adapun
hikmah dibalik ini bahwasanya tiupan seseorang yang membaca al qur'an dapat
bermanfaat untuk melindungi diri dari gangguan setan. Sebab dimensi setan berbeda
dengan alam manusia yang kasat mata. Sehingga hawa bacaan al qur'an yang keluar
dari mulut seseorang mempunyai pengaruh yang kuat bagi makhluk halus seperti
setan, sekalipun tiupan ini tidak terlalu memberikan pengaruh kepada manusia
(secara fisik). Dan ini merupakan benteng sekaligus senjata yang sangat ampuh
untuk melindungi diri dari gangguan setan.
TIDUR
MATANYA NAMUN TIDAK TIDUR HATINYA
Aisyah
bertanya kepada rasululloh, wahai Rasululloh, "apakah engkau tidur dulu
sebelum sholat witir?, wahai Aisyah, sesunguhnya kedua mataku tidur,
namun hatiku tidak tidur. (Mutafaqun 'alaih)[4].
Maksud
dari tidak tidurnya rasululloh, yaitu hati beliau tidak pernah lalai meskipun
dalam keadaan tidur, sehinga beliau selalu dapat bangun tepat pada waktunya
atau sesuai dengan yang ia kehendaki. Atau juga dimaksudkan dengan zhahirnya
hadits, bahwa hati beliau memang tidak tidur, yakni senantiasa dalam keadaan
bangun dan sadar di bawah pengawasan Allah.
Jadi tidur
nabi memang agak berbeda dengan orang lain pada umumnya. Dan itulah
keistimewaan belaiu selaku utusan Allah yang mengemban risalah ini. dari sisi
mata yang terpejam, tidur beliau memang sama dengan kita. Akan tetapi dari sisi
hati, beliau berbeda dengan kita. Karena jika kita tidur, maka tidurlah jiwa
dan raga kita, termasuk hati. Kita benar-benar pulas dan tidak sadar dengan apa
yang terjadi pada kita. Sedangkan nabi, hati beliau dalam keadaan selalu
terjaga dan tidak turut terlena dalam tidur. Selanjutnya sekiranya hal ini
termasuk dalam kebiasaan rasululloh, maka ini adalah suatu kekhususan yang
hanya dimiliki oleh beliau seorang dan tidak dimiliki orang lain. Sehingga kita
pun tidak dapat mencontoh beliau dalam hal ini, selain hanya berusaha semampu
mungkin agar kita dapat mengatur volume tidur secara teratur.
MENYILANGKAN
KAKI JIKA TIDUR DI MASJID
Pada
dasarnya tidur adalah aurat. Karena ketika seseorang tidur, dia tidak sadar
dengan apa yang terjadi pada dirinya. Sehingga sekiranya auratnya tersingkap
ketika tidur , dia tidak mengetahuinya. Padahal bisanya, jika seseorang tidur,
dia kan
melakukan gerakan-gerakan tubuh yang mungkin dapat menyingkap pakaiannya. Belum
lagi jika seseorang tidur dalam posisi tertentu dan dalam keadaan sangat pulas.
Itulah
makanya didalam al qur'an disebutkan tiga macam waktu dilarangnya seseorang
menemui orang lain. Karena tiga waktu tersebut adalah waktu tidur bagi
orang-orang pada umumnya atau juga disebut waktu aurat. Allah ta'ala berfirman
:
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah
budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum
baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari)
yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan Pakaian (luar)mu di
tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu. tidak
ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu.
mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang
lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana[5].
Kemudian, dikarenakan tidur adalah aurat,
rasululloh pun berhati-hati jika sedang tidur (tidur-tiduran)_di masjid atau
ditempat terbuka. Abdulloh bin Yazid berkata :
رأيت رسول الله في
المسجد مستلقيا واضعا إحدى رجليه على الأخرى ( متفق عليه)
Aku melihat Rasululloh berbaring di masjid
dengan meletakkan satu kaikinya diatas kakinya yang lain (Mutafaqun 'alaih)[6]
Yang dimaksud berbaring disitu adalah
tidur-tiduran atau juga tidur dalam arti sesungguhnya. Maksud dari menyilangkan
kaki adalah apabila seseorang mengenakan kain atau sarung maka tidak akan
tersingkap auratnya.
TIDAK
MENYUKAI TIDUR TENGKURAP
Ya'isy bin
Thikhfah meriwayatkan dari ayahnya,
قال
أبي بينما أنا مضطحع في المسجد على بطني إذا رجل يحركني برجله فقال إن هذه ضجعة
يبغضها الله قال فنظرت فإذا رسول الله (أبو داود)
Ayahku berkata, ketika aku
sedang tidur tengkurap di dalam masjid, tiba-tiba ada seseorang yang menggerak-gerakkan
aku dengan kakinya, seraya berkata : "sesungguhnya ini adalah tidur
yang dimurkai Allah" lalu aku pun melihat ternyata dia adalah
Rasululloh (HR Abu Dawud).
Allah dan rasulnya tidak
menyukai posisi tidur seperti ini, karena pada hari kiamat kelak orang-orang
yang durhaka kepada Alah dan RasulNya diseret paksa ke dalam siksa api neraka
dalam posisi seperti ini. Allah berfirman :
(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka
atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah sentuhan api
neraka!"[7].
Api neraka berada tepat di atas wajah
orang-orang durhaka ini karena mereka diseret dengan wajah dan badan menghadap
ke bawah ! itulah makanya Allah dan RasulkNya tidak menyukai posisi tidur
tengkurap. Selain itu tidur dengan posisi demikian juga kurang baik bagi
kesehatan. Dan dari sisi kesopanan, tidur seperti ini terkesan tidak etis dan
tidak bagus dipandang. Apalagi jika di tempat yang mudah dilihat orang lain.
Dalam kitab zaadul ma'aad Imam Ibnu Qoyyim
menyatakan bahwa tidur dengan cara begini (tengkurap) seperti ini adalah posisi
tidur yang paling buruk. Dia menyebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Abi Umamah, "bahwasanya nabi berjalan
melewati seseorang yang tidur tengkurap dimasjid, lalu beliau membangunkan yang
tidur tengkurap di masjid, lalu beliau membangunkan orang tersebut dengan
kakinya seraya bersabda :
قم واقعد فإنها نومة جهنمية
Bangunlah dan duduk. Sesunguhnya ini
adalah posisi tidurnya penghuni neraa jahannam.[8]
WAKTU-WAKTU TIDUR
Tidur disiang hari ini adalah jelek yang
mengakibatkan penyakit-penyakit, membuat pucat, membuat capek dan malas kecuali
waktu hajirah[9].
Dan sesunguhnya waktu tidur yang palik buruk adalah di awal siang dan ba'da
'ashar. Pernah suatu ketika Abdulloh bin Abbas melihat seorang anak yang tidur
diwaktu shubuh, maka beliau berkata kepada anak itu : "bangunlah,
apakah kamu tidur disaat Allah membagikan rezkiNya". Adapun tidur
siang itu ada tiga macam : Khuluq, Khuruq, dan Khumuq. Adapun
khuluq ini adalah tidurnya rasululoh yaitu tidur di tengah hari. Adapun khuruq
yaitu tidur di waktu dhuha, maka
sebaiknya waktu ini digunakan untuk perkara dunia dan akhirat. Dan ketiga
adalah Khumuq yaitu tidur setelah 'ashar. Berkata sebagian salaf :
barang siapa yang tidur setelah 'ashar maka akan gila, maka janganlah mencela
kecuali dirinya sendiri.
Selain itu kebiasaan nabi adalah tidur di
awal malam dan bangun pada sepertiga malam yang akhir.
عن عائشة : كان ينام
أول الليل و يقوم اخره فيصلى (متفق عليه)
Dari Aisyah ia berkata : "Bahwasanya
Rasululloh bias tidur diawal malam dan bangun disepertiga malam akhir, lalu
beliau sholat".
Alasan kenapa rasululoh senang tidur di awal
malam dijelaskan di dalam hadits ini bahwasanya beliau ingin pada akhir
malamnya beliau gunakan untuk sholat. Akan tetapi tidak selamanya rasululloh
tidur di awal malam. Ibnu Abbas berkata, Suatu malam aku menginap di rumah
Maimunah karena saat itu nabi berada disana. aku ingin melihat bagaimana sholat
rasululloj pada malam hari. Waktu itu beliau sempat berbincang sebentar
(selepas isya') dengan keluarga, kemudian beliau tidur[10].
Namun demikian bukan berarti kita tidak boleh tidur ditengah malam. Sebab
beliau sendiri terkadang juga tidur pada tengah malam sekiranya sedang ada
keperluan yang harus dikerjakan, atau karena suatu hal lainnya. Selain itu juga
beliau mendiamkan sebagian sahabat nabi yang beraktifitas di malam hari, karena
aktifitas tersebut bermanfaat. Seperti contoh beliau mendiamkan sikap Abu
Huroiroh, karena Abu Huroiroh biasa mencatat di malam hari apa saja yang telah
dia dengar pada hari itu dari lisan rasululloh dan apa yang beliau lihat dari
perbuatan rasululloh. Itulah makanya, nabi berpesan kepada Abu Huroiroh agar
jangan tidur sebelum mengerjakan shalat witir. Padahal shalat witir adalah
penutup shalat malam, dan shalat malam afdhal jika dikerjakan di sepertiga
malam akhir setelah bangun dari tidut. Abu Huroiroh berkata : :
Kekasihku rasululloh berpesan tiga hal
keopadaku, puasa tiga hari setiap bulam, du arokaat dhuha, dan agar aku
menegrjakan shalkat witir sebelum tidur. (Muttafaqun 'alaih)[11]. Ini
juga pernah dipesankan kepada Abu Darda'[12].
Referensi :
1.
Al
qur'an dan terjemahan
2.
Shahih
Bukhori
3.
Shahih
Muslim
4.
Zaadul
ma'ad
5.
Nuzhatul
Muttaqin
[4] Shohih Bukhori, kitab At
Tahajud, 3/227, dan shahih muslim, Kitab sholat A Musafirin, bab sholat lail
738.
[6] Shahih Bukhori, kitabul
masajid, bab istilqo' fil masjid 10/334. shahih muslim kitab libas 2100.
[11] Shahih Bukhori, Kitab
Tahajud, bab shalat dhuha 3/47. shahih muslim no 721 bab istihbab shalat dhuha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar