KOTAK INFAQ

KOTAK INFAQ

Rabu, 10 Juni 2015

Tidur Ala Rosululloh

CARA TIDUR ALA RASULULLOH


Rasululoh adalah manusia yang sempurna, tak ada kurang sedikitpun. Setiap perkara yang bersumber darinya itu merupakan wahyu dari Allah SWT. Maka barang siapa yang memperhatikan tidur dan terjaganya rasul maka akan mendapatkan contoh tidur yang seimbang, bermanfaat bagi badan dan kekuatannya. Beliau tidur dipermulaan malam, dan bangun ditengah malam, bangun kemudian bersiwak, wudhu lalu menghadap Rabb 'Azza Wa Jalla. Dengan cara ini beliau telah mengambil bagian kehidupan yang seimbang, baik bagi tubuhnya, ruhiyahnya atau dikatakan juga bagian dunia serta akhiratnya.
Yang perlu diperhatikan bahwasanya Rasululloh tidak pernah tidur lebih dari kebutuhannya, beliau selalu melaksanakan sesuatu dengan sempurna  baik itu dalam tidurnya. Maka dari situlah kita sebagai umatnya maka harus meniru semua tingkah laku Muhammad, karena setiap apa yang muncul darinya itulah wahyu dari Allah, dan semuanya itu akan bermanfaat baik bagi dunia ataupun akhirat.


TIDUR DALAM KEADAAAN SUCI
Tidur dalam keadaan suci yaitu tidur dalam keadaan berwudhu. Maksudnya, seorang muslim hendaknya berwudhu terlebih dahulu apabila ia hendak berangkat tidur. Demikianlah salah satu sadab tidur yang diajarka rasululloh .
وعن البراء بن عازب قال: قال رسول الله إذا أتيت مضجعك فتوضأ وضوءك للصلاة ثم اضطجع على شقك الأيمان (متفق عليه)
Dan dari Barra' bin Azib, rasululloh bersabda kepadaku : "apabila engkau hendak mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah sebagaimana engkau wudhu untuk sholat. Kemudian tidurlah diatas tubuhmu sebelah kanan" (HR. Mutafaqun 'alaih).
"Apabila engkau mendatangi tempat tidurmu" maksudnya yaitu apabila engkau akan tidur. Jadi sebelum pergi ketempat tidur dan merebahkan badan, hendaknya seorang muslim berwudhu terlebih dahulu. Sebab jika seseorang telah berada di atas tempat tidur sementara dia belum berwudhu biasanya dia akan malas turun dari tempat tidur dan pergi kebelakang untuk mengambil air wudhu. Selain itu tidur adalah saudaranya mati, maka apabila kita diwafatkan Allah dalam keaaan tidur sebelumnya maka kita akan mati dalam keadaan suci[1].
Tentang keutamaan tidur dalam keadaaan berwudhu, rasululloh bersabda :

من أوى إلى فراشه طاهر يذكر الله حتى يدركه النعاس لم ينقلب ساعة من الليل يسأل الله شيئا من خير الدنيا والأخرة إلا أعطاه إياه ( الترمذى -3526)

"Barangsiapa yang pergi ketempat tidurnya dalam keadaan suci seraya menyebut Allah yang maha mulia dan agung hingga dikalahkan rasa kantuk, maka tidak terlewatkan sesaatpun sepanjang malam jika dia meminta kebaikan dunia dan akhirat kepadaNya melainkan pasti akan diberi". (HR. At tirmidzi no 3526 dan ibnu sunni).

TIDUR DI ATAS BAHU SEBELAH KANAN.
Dan dari Barra' bin Azib ia berkata :
وعن البراء بن عازب قال كان رسول الله إذا أوى فراشه نام على شقه الأيمن
"Apabila rasullulloh telah berada di tempat tidurnya, beliau tidur di atas bahu sebelah kanan". (HR. Bukhori)
Kata الشق dalam hadits diatas arti sebenarnya adalah pecahan, bagian atau sebelah. Namun dalam konteks tubuh setelah kanan di sini, maka kata Asy Syiqq bisa juga diterjemahkan dengan bahu. Demikianlah kebiaasaan nabi, beliau selalu tidur diatas bahunya sebelah kanan atau dengan menghadap kearah kanan. Meskipun ini adalah sekedar kebiasaan, namun hal ini adalah sunnah. Dr. musthofa Al Bugha mengatakan : termasuk bagian dari sunnah adalah hendaknya seseorang tidur diatas bahu kanan[2]. Selain itu ilmu kedokteran juga membuktikan bahwa tidur menghadap ke kanan dengan lambung kanan berada dibawah, lebih baik bagi kesehatan tubuh daripada tidur diatas lambung kiri, demikian juga yang diungkapkan Ibnu Qoyyim dalam kitabnya zaadul ma'ad juz 4.
Aisyah berkata : "Nabi shalat malam sebelas rekaat. Apabila masuk waktu fajar beliau shalat dua rekaat ringan. Kemudian beliau berbaring di atas bahu kanannya." (HR. Mutafaqun 'alaih). Hadits ini juga menjelaskan bahwa nabi tidur dengan posisi miring menghadap ke sebelah kanan, tidak hanya pada saat tidur malam. Tetapi dalam tidur atau berbaring sejenak setelah shalat fajarpun, beliau juga tidur dengan posisi demikian.

MELETAKKAKAN TANGAN DIBAWAH PIPI
Masih dalam kebiasaan nabi dalam tidur rasululloh, dimana beliau biasa meletakkan tangan beliau dibawah pipinya ketika tidur. Hal ini mungkin -tanpa mengabaikan bahwa ini adalah sunnah- dikarenakan beliau tidak memiliki bantal, sehingga meletakkan tangannnya dibawah pipi sebagai penyangga. Dan sekiranya benar anggapan orang yang mengatakan bahwa beliau melakukan hal ini dikarenakan tidak mempunyai bantal, maka ini merupakan contoh keteladanan yang sangat agung dari kehidupan pribadi beliau yang sederhana dan bersahaja. Anda dapat membayangkan, bagaimana seorang yang demikian terhormat, seorang kepala negara, sekedar bantal saja tidak punya!
وعن حذيفة قال : كان النبي إذا أخذ مضجعه من الليل وضع يده تحت خده
Dan dari Hudzaifah bin Al Yaman ia berkata : "apabila nabi hendak tidur beliau meletakkan tangannya dibawah pipinya". (HR. Al Bukhari)
Yang dimaksud dengan meletakkan tangan dibawah pipinya ialah meletakkan tangan dibawah pipi kanan dan tidur dengan menghadap ke arah kanan serta meletakkan tangan kanan di bawah pipi kanan adalah bentuk tidur rasululloh. Dengan posisi inilah beliau biasa tidur. Suatu posisi tidur yang sangat santun.
Dalam riwayat lain :
أن رسول الله  إذا أراد أن يرقد وضع  يده اليمنى تحت خده
"Bahwasanya rasululloh hendak tidur, beliau meletakkan tangan kanannnya dibawah pipinya". ( HR At Tirmidzi-3395, Abu daud -5095)
Tangan kanan yang diletakkan dibawah pipi kanan adalah bagian telapak tangan kanan. Jadi posisi tidur beliau yaitu meletakkan telapak tangan kanan dibawah pipi kanan seraya menghadap setelah kanan. Dan sekiranya kita tidak bisa meniru kebiasaan rasul ini terus menerus hingga bangun, setidaknya kita dapat meniru beliau ketika hendak tidur. Adapun setelah tertidur, kemudian posisi kita berubah, maka hal ini sudah diluar kemampuan kita.

MENIUP KEDUA TANGAN DAN MEMBACA DOA LALU MENGUSAPKANNYA KE BADAN
وعن عائشة أن رسول الله  إذا أخذ مضجعه نفث في يده وقرأ بالمعوذات ومسح بهما جسده
Dan dari 'Aisyah, ia berkata bahwasanya apabila Rasululloh hendak tidur, beliau meniup kedua tangannya dan membaca al mu'awidzat, lalu beliau mengusap badannya dengan kedua tangannya ( HR. Bukhori)
Meniup kedua tangannya yaitu kedua telapak tangannya. Al mu'awidzaat ialah surat Al-Ikhlash, Al-Falaq dan An-Nas. Al mu'awidzat artinya memohon perlindungan. Ketiga surat ini disebut demikian, karena karena surat Al-Falaq dan An-Nas isinya adalah ayat-ayat memohon perlindungan kepada Allah dari sejumlah gangguan yang ditimbulkan oleh jin dan manusia, termasuk kejahatan di waktu shubuh. Surat Al Ikhlash juga bisa digandengkan dengan ini .
Masih dari 'aisyah berkata : "Setiap malam apabila nabi akan tidur beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya, kemudian meniupnya, lalu membaca di kedua telapak tangannya al mu'awidzat. Setelah itu beliau mengusap badannya semampu yang dapat diusap oleh kedua telapak tangannya. Beliau memulai dari kepala, wajah dan bagian depan. Dan beliau melakukan hal ini sebanyak tiga kali." (HR Muslim ). Syeikh  Muhammad Amin Luthfi berkata : melalui hadits ini Nabi mengajarkan kepada kita dengan perbuatan dan perkataan, perbuatan ini mengandung makna meminta perlindungan kepada Allah secara total dan memohon keselamatan kepadanya dari segala bahaya[3].
Adapun hikmah dibalik ini bahwasanya tiupan seseorang yang membaca al qur'an dapat bermanfaat untuk melindungi diri dari gangguan setan. Sebab dimensi setan berbeda dengan alam manusia yang kasat mata. Sehingga hawa bacaan al qur'an yang keluar dari mulut seseorang mempunyai pengaruh yang kuat bagi makhluk halus seperti setan, sekalipun tiupan ini tidak terlalu memberikan pengaruh kepada manusia (secara fisik). Dan ini merupakan benteng sekaligus senjata yang sangat ampuh untuk melindungi diri dari gangguan setan.

TIDUR MATANYA NAMUN TIDAK TIDUR HATINYA
Aisyah bertanya kepada rasululloh, wahai Rasululloh, "apakah engkau tidur dulu sebelum sholat witir?, wahai Aisyah, sesunguhnya kedua mataku tidur, namun hatiku tidak tidur. (Mutafaqun 'alaih)[4].
Maksud dari tidak tidurnya rasululloh, yaitu hati beliau tidak pernah lalai meskipun dalam keadaan tidur, sehinga beliau selalu dapat bangun tepat pada waktunya atau sesuai dengan yang ia kehendaki. Atau juga dimaksudkan dengan zhahirnya hadits, bahwa hati beliau memang tidak tidur, yakni senantiasa dalam keadaan bangun dan sadar di bawah pengawasan Allah.
Jadi tidur nabi memang agak berbeda dengan orang lain pada umumnya. Dan itulah keistimewaan belaiu selaku utusan Allah yang mengemban risalah ini. dari sisi mata yang terpejam, tidur beliau memang sama dengan kita. Akan tetapi dari sisi hati, beliau berbeda dengan kita. Karena jika kita tidur, maka tidurlah jiwa dan raga kita, termasuk hati. Kita benar-benar pulas dan tidak sadar dengan apa yang terjadi pada kita. Sedangkan nabi, hati beliau dalam keadaan selalu terjaga dan tidak turut terlena dalam tidur. Selanjutnya sekiranya hal ini termasuk dalam kebiasaan rasululloh, maka ini adalah suatu kekhususan yang hanya dimiliki oleh beliau seorang dan tidak dimiliki orang lain. Sehingga kita pun tidak dapat mencontoh beliau dalam hal ini, selain hanya berusaha semampu mungkin agar kita dapat mengatur volume tidur secara teratur.

MENYILANGKAN KAKI JIKA TIDUR DI MASJID
Pada dasarnya tidur adalah aurat. Karena ketika seseorang tidur, dia tidak sadar dengan apa yang terjadi pada dirinya. Sehingga sekiranya auratnya tersingkap ketika tidur , dia tidak mengetahuinya. Padahal bisanya, jika seseorang tidur, dia kan melakukan gerakan-gerakan tubuh yang mungkin dapat menyingkap pakaiannya. Belum lagi jika seseorang tidur dalam posisi tertentu dan dalam keadaan sangat pulas.
Itulah makanya didalam al qur'an disebutkan tiga macam waktu dilarangnya seseorang menemui orang lain. Karena tiga waktu tersebut adalah waktu tidur bagi orang-orang pada umumnya atau juga disebut waktu aurat. Allah ta'ala berfirman :


Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan Pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu. tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana[5].

Kemudian, dikarenakan tidur adalah aurat, rasululloh pun berhati-hati jika sedang tidur (tidur-tiduran)_di masjid atau ditempat terbuka. Abdulloh bin Yazid berkata :

رأيت رسول الله في المسجد مستلقيا واضعا إحدى رجليه على الأخرى ( متفق عليه)

Aku melihat Rasululloh berbaring di masjid dengan meletakkan satu kaikinya diatas kakinya yang lain (Mutafaqun 'alaih)[6]
Yang dimaksud berbaring disitu adalah tidur-tiduran atau juga tidur dalam arti sesungguhnya. Maksud dari menyilangkan kaki adalah apabila seseorang mengenakan kain atau sarung maka tidak akan tersingkap auratnya.



TIDAK MENYUKAI TIDUR TENGKURAP
Ya'isy bin Thikhfah meriwayatkan dari ayahnya,
قال أبي بينما أنا مضطحع في المسجد على بطني إذا رجل يحركني برجله فقال إن هذه ضجعة يبغضها الله قال فنظرت فإذا رسول الله (أبو داود)
Ayahku berkata, ketika aku sedang tidur tengkurap di dalam masjid, tiba-tiba ada seseorang yang menggerak-gerakkan aku dengan kakinya, seraya berkata : "sesungguhnya ini adalah tidur yang dimurkai Allah" lalu aku pun melihat ternyata dia adalah Rasululloh  (HR Abu Dawud).
Allah dan rasulnya tidak menyukai posisi tidur seperti ini, karena pada hari kiamat kelak orang-orang yang durhaka kepada Alah dan RasulNya diseret paksa ke dalam siksa api neraka dalam posisi seperti ini. Allah berfirman :

 (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah sentuhan api neraka!"[7].
Api neraka berada tepat di atas wajah orang-orang durhaka ini karena mereka diseret dengan wajah dan badan menghadap ke bawah ! itulah makanya Allah dan RasulkNya tidak menyukai posisi tidur tengkurap. Selain itu tidur dengan posisi demikian juga kurang baik bagi kesehatan. Dan dari sisi kesopanan, tidur seperti ini terkesan tidak etis dan tidak bagus dipandang. Apalagi jika di tempat yang mudah dilihat orang lain.
Dalam kitab zaadul ma'aad Imam Ibnu Qoyyim menyatakan bahwa tidur dengan cara begini (tengkurap) seperti ini adalah posisi tidur yang paling buruk. Dia menyebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari Abi Umamah, "bahwasanya nabi berjalan melewati seseorang yang tidur tengkurap dimasjid, lalu beliau membangunkan yang tidur tengkurap di masjid, lalu beliau membangunkan orang tersebut dengan kakinya seraya bersabda :
قم  واقعد فإنها نومة جهنمية
Bangunlah dan duduk. Sesunguhnya ini adalah posisi tidurnya penghuni neraa jahannam.[8]

WAKTU-WAKTU TIDUR
Tidur disiang hari ini adalah jelek yang mengakibatkan penyakit-penyakit, membuat pucat, membuat capek dan malas kecuali waktu hajirah[9]. Dan sesunguhnya waktu tidur yang palik buruk adalah di awal siang dan ba'da 'ashar. Pernah suatu ketika Abdulloh bin Abbas melihat seorang anak yang tidur diwaktu shubuh, maka beliau berkata kepada anak itu : "bangunlah, apakah kamu tidur disaat Allah membagikan rezkiNya". Adapun tidur siang itu ada tiga macam : Khuluq, Khuruq, dan Khumuq. Adapun khuluq ini adalah tidurnya rasululoh yaitu tidur di tengah hari. Adapun khuruq  yaitu tidur di waktu dhuha, maka sebaiknya waktu ini digunakan untuk perkara dunia dan akhirat. Dan ketiga adalah Khumuq yaitu tidur setelah 'ashar. Berkata sebagian salaf : barang siapa yang tidur setelah 'ashar maka akan gila, maka janganlah mencela kecuali dirinya sendiri.
Selain itu kebiasaan nabi adalah tidur di awal malam dan bangun pada sepertiga malam yang akhir.
عن عائشة : كان ينام أول الليل و يقوم اخره فيصلى (متفق عليه)
Dari Aisyah ia berkata : "Bahwasanya Rasululloh bias tidur diawal malam dan bangun disepertiga malam akhir, lalu beliau sholat".
Alasan kenapa rasululoh senang tidur di awal malam dijelaskan di dalam hadits ini bahwasanya beliau ingin pada akhir malamnya beliau gunakan untuk sholat. Akan tetapi tidak selamanya rasululloh tidur di awal malam. Ibnu Abbas berkata, Suatu malam aku menginap di rumah Maimunah karena saat itu nabi berada disana. aku ingin melihat bagaimana sholat rasululloj pada malam hari. Waktu itu beliau sempat berbincang sebentar (selepas isya') dengan keluarga, kemudian beliau tidur[10].
Namun demikian bukan berarti  kita tidak boleh tidur ditengah malam. Sebab beliau sendiri terkadang juga tidur pada tengah malam sekiranya sedang ada keperluan yang harus dikerjakan, atau karena suatu hal lainnya. Selain itu juga beliau mendiamkan sebagian sahabat nabi yang beraktifitas di malam hari, karena aktifitas tersebut bermanfaat. Seperti contoh beliau mendiamkan sikap Abu Huroiroh, karena Abu Huroiroh biasa mencatat di malam hari apa saja yang telah dia dengar pada hari itu dari lisan rasululloh dan apa yang beliau lihat dari perbuatan rasululloh. Itulah makanya, nabi berpesan kepada Abu Huroiroh agar jangan tidur sebelum mengerjakan shalat witir. Padahal shalat witir adalah penutup shalat malam, dan shalat malam afdhal jika dikerjakan di sepertiga malam akhir setelah bangun dari tidut. Abu Huroiroh berkata : :
Kekasihku rasululloh berpesan tiga hal keopadaku, puasa tiga hari setiap bulam, du arokaat dhuha, dan agar aku menegrjakan shalkat witir sebelum tidur. (Muttafaqun 'alaih)[11]. Ini juga pernah dipesankan kepada Abu Darda'[12].
  
Referensi :
1.   Al qur'an dan terjemahan
2.   Shahih Bukhori
3.   Shahih Muslim
4.   Zaadul ma'ad
5.   Nuzhatul Muttaqin



[1] Zaadul ma'ad juz 4
[2] Nuzhat al muttaqin 1/562
[3] Nuzhat al muttaqin 2/232
[4]  Shohih Bukhori, kitab At Tahajud, 3/227, dan shahih muslim, Kitab sholat A Musafirin, bab sholat lail 738.
[5] Surat An nur : 58
[6] Shahih Bukhori, kitabul masajid, bab istilqo' fil masjid 10/334. shahih muslim kitab libas 2100.
[7] Surat Al Qomar : 48.
[8]  Kitab zaadul ma'ad 4/220
[9] Waktu siang hari ba'da dhuhur
[10] Shahih Muslim, kitab shalat Al Musafirin wa Qashriha (1729).
[11] Shahih Bukhori, Kitab Tahajud, bab shalat dhuha 3/47. shahih muslim no 721 bab istihbab shalat dhuha
[12] Shahih muslim 722.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar