KOTAK INFAQ

KOTAK INFAQ

Jumat, 22 Mei 2015

Musibah atau Azab?

"Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil melalui lisan Daud dan Isa ibnu Maryam. Hal itu karena mereka durhaka lagi melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah dari kemungkaran yang mereka lakukan. Amatlah buruk apa yang mereka perbuat."
(Q. S. Al-Ma-idah: 78-79)

Beberapa hari terakhir ini, hujan selalu membasahi bumi nusantara yang tercinta ini tanpa henti, kadang deras kadang rintik-rintik tiada henti, serta tidak dapat diprediksi. Akibatnya sudah dapat diduga, yaitu banjir datang melanda di berbagai tempat. Orang-orang pada panik seketika. Sudah banyak pemukiman yang dilanda banjir, sehingga menimbulkan gelombang pengungsi yang tentu saja membutuhkan bantuan moril dan harta benda,  ruas-ruas jalan yang tergenang air di mana-mana. Perekonomian tidak berjalan dengan semestinya. Angkutan umum banyak yang tidak beroperasi, sehingga banyak yang harus jalan kaki. Gardu-gardu lilstrik pada mati, sehingga rumah-rumah gelap sekali. Bahkan ada  menara yang roboh dan menimpa penduduk langsung mati. Dan banyak lagi peristiwa-periatiwa yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini. Apa lagi kalau kita buka catatan kehidupan bangsa ini selama beberapa bulan atau beberapa tahun kebelakang. Ada Tsunami, tanah longsor, banjir bandang, air laut pasang, angin ribut, gempa bumi, tabrakan kereta, tenggelamnya perahu, jatuh atau hilangnya pesawat terbang, kebakaran hutan, dan lain sebagainya. Belum lagi krisis yang sedang melanda negeri ini. Krisis dari segala sisi kehidupan berbangsa. Krisis ekonomi, kepercayaan, kejujuran, keamanan, keadilan, kemanusiaan, yang semuanya itu bermuara dari satu krisis yaitu krisis Iman. Walaupun kenyataannya kebanyakan masyarakat kita tidak ambil pusing dengan krisis yang satu ini, tapi cenderung enggan bahkan takut untuk benar-benar beriman.
Mari sejenak kita merenungkan betapa melimpahnya kekayaan yang dikaruniakan Allah Tuhan alam semesta kepada bangsa kita ini. tentu tak mampu kita menghitungnya, karena nikmat Allah benar-benar tidak mungkin kita hitung. Belum lagi nikmat hidup, tentram, sehat dan sejahtera, dan lain-lainnya. Tapi kita rupanya tidak tahu diri, kita mulai ingkar akan karunia Allah yang tak terhingga ini.Kemudian bangsa ini mulai terjerumus ke dalam jurang ma'shiyat dan kubangan dosa. Bangsa ini mulai meninggalkan perintah Allah satu demi satu. Pertama, telinga kita perlahan tapi pasti mulai enggan mendengar ayat-ayat Allah dilantunkan, seruan-seruan kebaikan dikumandangkan. Namun sebaliknya ia lebih suka mendengar kata-kata yang membuat orang terlena, terbuai, seruan-seruan hina, kata-kata kotor, apalagi hal itu sudah dianggap lucu, karena sudah terbiasa. Mata kita lebih suka melihat hal-hal nista dan hina. Tangan kita banyak melakukan kejahatan dan kekejaman. Kaki kita lebih suka melangkah menuju tempat-tempat dosa dan ma'shiyat. Otak dan hati kita lebih suka memikirkan segala perkara dunia dan lalai dari dari segala perkara akhirat.
Lihatlah kemungkaran dan kejahatan yang sekarang sangat meresahkan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Mulai dari pencurian, perampokan, pembunuhan, perkelahian antar kampung, penjambretan, pemerasan, hina-menghina, menggunjing, tipu daya, mengurangi timbangan, makan riba, makan yang diharamkan, judi, pemerkosaan, perzinaan, pornografi yang marak di berbagai media baik cetak maupun elektronik, narkoba, mabuk-mabukan, kezhaliman, jual beli keadilan, mempermainkan kemanusiaan, jiwa kikir, keserakahan terhadap dunia yang tak putus dari generasi ke generasi, korupsi, manipulasi, suap, dan masih banyak lagi. Namun nampaknya kita sampai saat ini belum menyadari sehingga tidak mau mengambil pelajaran dan hikmah dari semua yang terjadi. Kita tidak lagi mau mencegah kemungkaran, enggan menyeru kepada perbuatan yang ma'ruf. Akibatnya kemungkaran menjadi hal biasa di mata kita, sementara kebaikan menjadi hal yang aneh dan mungkar. Betapa tidak, setiap yang ingin menegakkan nilai-nilai agama dengan gigihnya dianggap sebagai kelompok militan/teroris.
kita cuma diam dan membisu. Orang yang diam melihat kemungkaran adalah setan bisu. Apalagi Allah telah memperingatkan kita akan bahaya membiarkan kemungkaran dalam firmat-Nya:
"Dan takutlah kalian akan fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zhalim diantara kalian saja. Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah Maha Pedih azab-Nya." (Q. S. Al-Anfaal: 25 )
Keadaan bertambah parah ketika bencana silih berganti datang melanda, kebanyakan kita belum juga ingat akan Tuhan, apalagi berdo'a meminta ampunan dan memohon pertolongan. Kalau memang demikian keadaan kita, maka wajarlah kalau Allah menimpakan kepada kita segala krisis yang terjadi. Harga diri tidak berarti lagi, harga-harga melambung tinggi, kebutuhan sulit dipenuhi, keamanan menjadi sangat sulit dicari, bahkan butuh biaya tinggi. Kejujuran menjadi barang langka yang sangat diminati tapi sulit ditemui. Karena kejujuran yang telah diberikan Allah kepada setiap orang sudah tergadai sedikit demi sedikit hingga habis dengan segala kepentingan dunia yang sangat mempesona ini.

Segeralah bertaubat memohon ampunan, dan pertolongan kepada Allah, karena hanya Allah-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penolong. Allah Maha Penerima Taubat bagi hamba-Nya yang bertaubat. Ia akan mengampuni dosa betapapun besarnya selama pintu taubat belum ditutupnya. Sesungguhnya rahmat Allah itu meliputi segala sesuatu dan ampunan-Nya jauh lebih besar dari murka-Nya. Wabillahit Taufiq wal hidayah. Wal hamdu lillahi rabbil 'alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar